Sindrom Patah Hati (Takotsubo Cardiomyopathy) Gejala, Penyebab, dan Penanganan

Foto Page Detail

Sindrom patah hati, atau dalam istilah medis disebut Takotsubo cardiomyopathy, adalah kondisi jantung sementara yang sering dipicu oleh stres emosional atau fisik yang intens. Meskipun gejalanya mirip serangan jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas, kondisi ini umumnya tidak disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner. Sindrom ini pertama kali diidentifikasi di Jepang pada tahun 1990 dan dinamai "takotsubo" karena bentuk ventrikel kiri jantung yang menyerupai pot (tsubo) tradisional Jepang untuk menjebak gurita (tako). Artikel ini akan membahas gejala, penyebab, diagnosis, serta langkah penanganan sindrom patah hati berdasarkan bukti ilmiah terkini.

Gejala Sindrom Patah Hati

Gejala Takotsubo cardiomyopathy seringkali menyerupai serangan jantung, meliputi:

  1. Nyeri dada tiba-tiba dan intens.
  2. Sesak napas.
  3. Detak jantung tidak teratur (aritmia).
  4. Penurunan tekanan darah.
  5. Kelelahan ekstrem.

Kondisi ini biasanya terjadi setelah peristiwa stres emosional seperti duka cita, perpisahan, atau konflik hubungan. Stres fisik seperti operasi besar, serangan asma akut, atau kejang juga dapat menjadi pemicu.

Penyebab dan Faktor Risiko

Meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami, para ahli menduga bahwa lonjakan hormon stres (seperti adrenalin dan kortisol) menyebabkan "kekakuan" sementara pada bagian jantung, menghambat kemampuannya untuk memompa darah secara efektif.

Faktor risiko utama meliputi:

  1. Jenis Kelamin: 90% kasus terjadi pada wanita, terutama yang telah menopause.
  2. Riwayat Neurologis atau Psikiatri: Pasien dengan gangguan kecemasan atau depresi lebih rentan.
  3. Usia: Mayoritas kasus terjadi pada usia 50–70 tahun.
  4. Studi oleh American Heart Association (2021) menyatakan bahwa respons tubuh terhadap stres emosional yang ekstrem dapat mengganggu fungsi otot jantung, meski tidak ada kerusakan arteri permanen.

Diagnosis

Diagnosis Takotsubo cardiomyopathy dilakukan melalui serangkaian tes untuk membedakannya dari serangan jantung:

  1. Elektrokardiogram (EKG): Mendeteksi kelainan irama jantung.
  2. Echocardiogram: Menunjukkan perubahan bentuk ventrikel kiri yang khas.
  3. Angiogram Koroner: Memastikan tidak adanya penyumbatan arteri.
  4. MRI Jantung: Mengidentifikasi gangguan kontraksi otot jantung.

Menurut penelitian Templin et al (2015), sekitar 2-3% pasien yang awalnya didiagnosis serangan jantung ternyata mengalami Takotsubo cardiomyopathy.

Penanganan dan Pemulihan

Karena Takotsubo cardiomyopathy bersifat sementara, sebagian besar pasien pulih dalam hitungan minggu hingga bulan. Penanganan meliputi:

  1. Obat-Obatan: Beta-blocker dan ACE inhibitor untuk mengurangi beban kerja jantung.
  2. Manajemen Stres: Terapi psikologis atau konseling untuk mengatasi pemicu emosional.
  3. Pemantauan Rutin: Evaluasi berkala untuk mencegah komplikasi seperti gagal jantung.

Studi dilakukan oleh Pelliccia (2020) menekankan pentingnya dukungan mental selama pemulihan, karena 10-15% pasien berisiko mengalami kekambuhan.

Pencegahan

Harvard Health Publishing (2022) menyatakan bahwa stress mental dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah tidak terkecuali jantung, sehingga diharapkan dengan pengelolaan stress dapat menjaga kesehatan jantung. Langkah pencegahan Takotsubo cardiomyopathy dengan:

  1. Teknik Relaksasi: Meditasi, yoga, atau latihan pernapasan.
  2. Dukungan Sosial: Berbagi perasaan dengan keluarga atau profesional.
  3. Aktivitas Fisik: Olahraga teratur untuk meningkatkan ketahanan terhadap stres.

Kesimpulan

Sindrom patah hati adalah contoh nyata bagaimana kesehatan mental dan fisik saling terkait. Meski bersifat sementara, kondisi ini memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi. Edukasi tentang manajemen stres dan dukungan psikologis menjadi kunci pencegahan.

Referensi

  1. Singh, T.B.M., et al. Takotsubo Syndrome: Pathophysiology, Emerging Concepts, and Clinical Implications. AHA. 2022. 145(13): 1002-19. https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.121.055854
  2. Templin C, et al. Clinical Features and Outcomes of Takotsubo (Stress) Cardiomyopathy. N Engl J Med. 2015 Sep 3;373(10):929-38. doi: 10.1056/NEJMoa1406761. PMID: 26332547.
  3. Pelliccia F, et al. Long-Term Prognosis and Outcome Predictors in Takotsubo Syndrome: A Systematic Review and Meta-Regression Study. JACC Heart Fail. 2019 Feb;7(2):143-154. doi: 10.1016/j.jchf.2018.10.009. Epub 2019 Jan 2. PMID: 30611720.
  4. Harvard Health Publishing. (2022). The Connection Between Stress and Heart Disease. Diakses dari https://www.health.harvard.edu.


Kembali
Charitas Mobile Care